skip to Main Content
Penanaman Pohon Kopi Di Bubakan

Penanaman Pohon Kopi Di Bubakan

“Pemikiran adalah sesuatu yang kita tanamkan di daya nalar seseorang, yang ketika telah tumbuh dan berakar kuat akan mampu merubah pola pikir orang tersebut secara sukarela dan mandiri.”

Itulah yang kami lakukan dan yakini, ketika mengajak beberapa petani di Desa Bubakan untuk mulai menanam kopi di lahan masing-masing. Tak sekedar mengajak menanam bibit pohon kopi, namun terlebih dahulu kami menanamkan keyakinan ke petani bahwa kopi yang mereka tanam dan rawat nantinya akan tumbuh lebat dan menjadi sumber penghidupan.

Sedikit kilas balik. Seperti kita semua tahu, pada periode 2018 kemarin, kopi dari Wonogiri mendapat porsi publikasi dan sorotan yang luar biasa, Wonogiri mulai “kembali” dikenal sebagai daerah penghasil kopi berkualitas, Wonogiri Nduwe Kopi, slogan yang digagas oleh Komunitas Kopi Wonogiri mampu mencuri atensi khalayak untuk menaruh perhatian pada kopi lokal Wonogiri.

Pertanyaan berikutnya muncul, apakah cukup hanya sekedar NDUWE (red : punya) namun ketika konsumen berminat membelinya tapi harus kecewa karena produknya tidak ada? Apalagi pemberitaan tidak benar dari beberapa kedinasan di Wonogiri yang melebih-lebihkan angka produksi kopi, maka masyarakat semakin berekspektasi bahwa kuantitas kopi di Wonogiri sudah mencukupi. Padahal kenyataan jauh berbeda dengan data tersebut.

Promosi dan produksi yang kurang seimbang khususnya pada jenis kopi arabica ini bisa dibilang blessing in disguise ataupun sebaliknya disgussting in blessing, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Melebih-lebihkan angka lalu kemudian diam saja, atau bergerak dari hulu untuk bersama petani menambah jumlah tanaman kopi yang akan meningkatkan juga jumlah produksi?

Pada akhirnya kami memilih menjadi sobat kebun. Bersama Mas Anto (pemilik brand Kowi – Kopi Wonogiri), kami berdiskusi dan menjelaskan ke petani tentang potensi kopi, dan ternyata mereka berminat. Permasalahannya, darimana kami akan mendapat bibit pohon kopinya? Ternyata peribahasa lama, ketika ada kemauan di situ ada jalan, terbukti. Kami secara tak terduga mendapat sumbangan bibit dari Ibu Nuri, seorang Ibu baik hati dari Boyolali, pengelola Yayasan Kayon Gunungan.

Singkat kata, 1500 pohon kopi arabica, 500 pohon buat alpukat & duren serta 1500 pohon sengon dikirim oleh beliau dan terbagikan rata ke 23 petani di Dusun Sroto, Desa Bubakan, Kecamatan Girimarto. Para petani yang mayoritas sudah berusia 50 ke atas tampak bersemangat sekali membagi bibit, membawa pulang dan menanam di kebun masing-masing.

Pak Sudir (Pengurus Gapoktan) menurunkan bibit tanaman dari truk dibantu para petani.


Setelah terbagi rata, para petani mulai menanam bibit tersebut di kebun mereka, sedangkan kami mengikuti Pak Sudir untuk penanaman simbolis sebagai laporan pertangung jawaban. Tampak beliau begitu terampil menentukan lokasi tanam dan membuat lubang galian. Mas Haidar (yang biasa menggoreng kopi untuk Wonogirich) dari Komunitas Kopi Wonogiri menjadi perwakilan untuk berfoto bersama.

Pak Sudir dan Mas Haidar melakukan penanaman simbolis.

Komitmen kami untuk melakukan penanaman pohon kopi secara rutin di setiap musim tanam, dengan cara melibatkan para donatur, teman-teman dan juga petani sendiri untuk mulai melakukan pembibitan sendiri. Besar harapan bahwa tidak hanya kopi yang tertanam, berakar, tumbuh lalu berbuah, namun lebih daripada itu, pemikiran untuk bisa maju sebagai pelaku juga akan tertanam di benak para petani, berakar kuat, tumbuh dan berbuat lebat. Wonogiri Nandur Kopi.

Bibit pohon kopi yang ditanam di Bubakan.

tertanam
mengakar dalam
tumbuh besar
berbunga mekar
berbuah
bertambah
memenuhi ruang
menopang
dihidupi
menghidupi

Bagoes as
This Post Has 3 Comments
  1. 2 Timotius 2:6
    Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.

    Semangat terus, sukses buat wonogirich, God bless

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top